Sasuke's Mangekyō Sharingan ANALISIS KINERJA KEUANGAN UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN BANK ( TKS ) PADA PT BPR PRIMANADI, TAHUN 2008.*
Posted by : Unknown Senin, 11 November 2013

Abstrak.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang bergerak di bidang keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha perbankan secara konvensioal atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR sebagai  lembaga keuangan merupakan lembaga kepercayaan, karena  merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary), antara pihak yang kelebihan dana yang mempercayakan pengelolaan dananya kepada BPR untuk menyalurkannya kepada pihak yang memerlukan dana berupa kredit. Sebagai lembaga kepercayaan  masyarakat,  BPR  harus meningkatkan kinerja keuangannya dari  waktu ke waktu, karena hanya dengan memiliki kinerja yang baik, maka lembaga perbankan khususnya BPR akan terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, khususnya dalam menyimpan kelebihan dana yang dimiliki oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesehatan PT BPR Primanadi dengan menganalisis kinerja keuangannya berdasarkan metode CAEL.  Dengan metode penelitian deskriptif dan metode  pengumpulan data secara kasus, serta cara analisis dengan menghitung rasio-asio keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan bank tersebut, diperoleh hasil bahwa PT BPR Primanadi merupakan BPR yang masuk kategori sehat, dengan melihat indikator-indikator rasio keuangannya, seperti CAR yang sebesar 17,18 %;  rasio KAP  sebesar 0,76 %; rasio NPL sebesar 1,48 %; rasio BOPO sebesar 70,02 %; rasio ROA sebesar 4,57 %;  rasio kas (cash ratio) sebesar 3,55 % dan rasio LDR sebesar 77,95 %.. Dari rasio-rasio tersebut hanya rasio kas (cash ratio) yang berada pada kategori cukup sehat, sedangkan rasio-rasio yang lain telah melampaui persyaratan sebagai bank yang sehat. Dari hasil penilaian inerja keuangan tersebut, disarankan agar PT BPR Primanadi terus mempertahankan predikat bank yang sehat, dan ke depan agar berusaha meningkatkan rasio kasnya agar semua indicator kesehatan bank dapat terpenuhi sehingga PT BPR Primanadi menjadi lembaga keuangan mikro yang dapat dipercaya oleh masyarakat.
Kata Kunci : Bank Perkreditan Rakyat, Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, Indikator Tingkat Kesehatan Bank.
* Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Mataram.
PENDAHULUAN
            Dampak krisis keuangan yang melanda Indonesia, khususnya  daerah NTB pada tahun 2008 tidak menunjukkan adanya tekanan terhadap industri perbankan. Hal ini tercermin  dari indikator dana pihak ketiga yang  berhasil dihimpun pada posisi bulan Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 5,17 trilliun. Di sisi kualitas kredit, indikator non performing loan (NPL) juga terus mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di NTB relatif belum mempengaruhi kemampuan mengembalikan angsuran kredit (repayment capacity) debitur, khususnya debitur usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). ( Statistik Ekonomi Keuangan Daerah NTB, Edisi Januari 2009).
                        Sebagai lembaga kepercayaan  masyarakat,  BPR  harus meningkatkan kinerja keuangannya dari  waktu ke waktu, karena hanya dengan memiliki kinerja yang baik, maka lembaga perbankan khususnya BPR akan terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, khususnya dalam menyimpan kelebihan dana yang dimiliki oleh masyarakat.
            Untuk mengukur kinerja keuangan BPR,  alat ukur yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan, yang  meliputi rasio kecukupan modal, rasio likuiditas, rasio rentabilitas/ profitabilitas, rasio efisiensi, rasio kualitas aktiva produktif,  dan rasio solvabilitas. Dalam kaitannya untuk mengukur tingkat kesehatan BPR,  metode yang digunakan disebut dengan metode CAMEL, yaitu dengan menilai rasio permodalan (Capital), rasio kualitas aktiva produktif (Asset Quality),  Manajemen (Management), rasio rentabilitas (Earnings ability) dan rasio Likuiditas (Liquidity).
            PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Primanadi merupakan salah satu BPR yang terdapat di kota Mataram, yang menunjukkan perkembangan yang cukup pesat khususnya dalam 10 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000, di mana sebelum tahun 2000 BPR Primanadi merupakan BPR yang terus merugi.  Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis bermaksud menjadikan PT BPR Primanadi sebagai obyek penelitian, untuk mengukur tingkat kesehatan BPR tersebut melalui kinerja keuangannya, khususnya pada tahun buku 2008.
            Sebagai gambaran kinerja PT BPR Primanadi pada tahun buku 2008, berikut akan ditampilkan neraca publikasi, per 31 Desember 2008 sebagai berikut :
Tabel 1:
Neraca  PT BPR Primanadi
Per 31 – 12 – 2008  ( Rp. 000)
No
Keterangan
Sandi
 Jumlah (Rp. 000)
AKTIVA
1
Kas
100
          46.657
2
Antar Bank Aktiva 1)
120
   14.060.406
3
Kredit yang diberikan 2)
130
   46.424.567
4
Penyish Penghps Aktiva Produktif (PPAP) 3)
140
      (493.030)
5
Aktiva tetap dan inventaris
a. Tanah dan gedung
161
      179.066
b. Akumulasi penyust gedung
162
       (57.236)
c. Inventaris
165
   1.787.189
d. Akum penyust invetaris
166
  (1.022.089)
6
Antarkantor aktiva
170
   9.068.990
7
Rupa-rupa aktiva 4)
180
   1.213.947
Total Aktiva
190
 71.208.457
Passiva
1
Kewajiban  yg segera dpt dibayar
200
      180.781
2
Tabungan  5)
210
 12.802.240
3
Deposito Berjangka  6)
220
 38.503.039
4
Antarbank Passiva    7)
240
   2.281.913
5
Antarkantor Passiva
260
   9.068.990
6
Rupa-rupa Passiva   8)
270
   1.474.245.
7
Modal
a. Modal Dasar
281
   5.000.000
b. Modal yang Belum Disetor
282
  (2.500.000)
8
Cadangan
a. Cadangan umum
291
     500.000
b. Laba yang Ditahan
295
  1.600.000
9
Laba/Rugi
a. Laba Tahun Berjalan
307
  2.297.259
Total   Passiva
310
71.208.457
Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.
            Dari neraca publikasi per 31 Desember 2008 di atas, terlihat bahwa asset yang dikelola oleh PT BPR Primanadi sebesar Rp. 71.208.457.000,- di mana laba yang diperoleh pada tahun buku tersebut adalah sebesar Rp. 2.297.259.000,-
            Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu kiranya dilakukan analisis tentang kinerja keuangannya untuk mengetahui tingkat kesehatan PT BPR Primanadi tahun 2008.
PERUMUSAN  MASALAH
            Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana tingkat kesehatan PT BPR Primanadi, dilihat dari kinerja keuangannya ? “
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dan manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan  penelitian ini antara lain adalah :
a.       Tujuan penelitian
-    Untuk mengetahui tingkat kesehatan (TKS) PT  BPR  Primanadi dilihat dari kinerja keuangannya.
b.      Manfaat Penelitian
-    Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi pengurus maupun pengelola PT BPR  Primanadi dalam pengambilan keputusan maupun meningkatkan kinerjanya di masa mendatang
-    Sebagai referensi bagi peneliti berikutnya, untuk menggali berbagai persoalan untuk dipecahkan dalam rangka memperkuat lembaga BPR sebagai Lembaga Keuangan Mikro dalam menunjang pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah  khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat.
TINJAUAN TEORITIS
            Pengertian BPR  adalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya  tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk umum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Daerah (PD) dan Koperasi. (UU No. 10 tahun 1998).
            Tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR pada dasarnya hampir sama dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum, namun   karena usaha yang boleh dilakukan oleh BPR lebih terbatas dibandingkan dengan bank umum, maka terdapat beberapa penyederhanaan dari penilaian tingkat kesehatan BPR.
 Sesuai dengan SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR dan SE BI No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian  tingkat kesehatan BPR, faktor-faktor dan komponen CAMEL yang dinilai adalah sebagai berikut :
a.       Faktor Permodalan (Capital), yaitu dengan menilai rasio permodalan (CAR), antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko, dimana komponen rasio CAR ini diberikan bobot sebesar 30 %..
b.      Faktor Kualitas Aktiva Produktif  (Asset Quality), yaitu penilaian kualitas asset yang mencerminkan kondisi asset bank dengan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit.  Komponen kualitas aktiva produktif ini dinilai berdsarkan :
-          Rasio Kualitas Aktiva Produktif  dengan bobot sebesar 25 b% dan
-          Rasio PPAP/NPL dengan bobot 5 %.
c.       Faktor Manajemen (Management),  yaitu dengan mengukur keterampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pengelola BPR. Aspek manajemen mempunyai bobot sebesar 20 %.  Aspek manajemen karena merupakan aspek yang kualitatif, dalam pengukuran TKS yang berkaitan dengan kinerja keuangan BPR, tidak dimasukkan dalam analisis penelitian ini.
d.       Faktor rentabilitas (Earning ability), didasarkan pada dua  rasio keuangan yaitu :
-          Rasio  ROA, yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset, dengan bobot sebesar  5 %
-          Rasio BOPO yaitu perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dengan bobot sebesar  5 %
e.       Faktor likuiditas (liquidity), yaitu mengukur rasio likuaiditas yang mencerminkan bagaimana suatu bank dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa penangguhan (Mulyono, 1995). Rasio yang diukur dalam faktor likuiditas ini adalah :
-          Cash rasio, yaitu  perbandingan antara jumlah dana dengan jumlah kewajiban lancar, dengan bobot  sebesar 5 %
-          Rasio LDR, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun, dengan bobot sebesar 5 %.
Adapun indikator kinerja keuangan dari komponen-komponen penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKS), khususnya dilihat dari rasio-rasio yang keuangannya (CAEL), adalah sebagai berikut :
Tabel 2 : Indikator keuangan masing-masing komponen penilaian TKS Bank
No
 Faktor CAEL
 Nama Rasio
 Skala Rasio
 Predikat
1
Capital
C A R
> 8,0 %
> 7,9 % - < 8,0 %
> 6,5 % - < 7,9 %
< 6,5 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
2
Asset Quality
KAP
0,00 %     -  < 10,35 %
>10,35 % -  < 12,60 %
>12,60 % -  < 14,85 %
> 14,85 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
3
Earning Ability
a. ROA
> 1,215 %
>0,999 % -  < 1,215 %
>0,765 % -  < 0,999 %
< 0,765 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
b. BOPO
< 93,52
> 93,52  -  < 94,72
> 94,72  -  < 95,92
> 95,92
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
4
Liquidity
a. Cash Ratio
> 4,05 %
> 3,30 % -  < 4,05 %
> 2,55 % - < 3,30 %
< 2,55 %
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
b. LDR
< 94,75
> 94,75  -  <   98,50
> 98,50  -  < 102,25
> 102,25
Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
 Sumber : SK DIR BI No. 30/12/KEP/DIR/97
METODE  PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif,  yaitu    penelitian yang menggambarkan suatu masalah yang ada pada waktu sekarang berdasarkan  pada cara pengumpulan data, menyusunnya, menjelaskannya, menganalisis  dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 1998, 139).  Menurut Travers dalam Umar (2000, 22) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
b. Lokasi
Lokasi penelitian pada PT BPR Primanadi, Jln. A.A. Gede Ngurah, Cakranegara Kota Mataram. .
c. Metode Pengumpulan Data
Metode  pengumpulan data adalah metode kasus, yaitu penelitian yang berkaitan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat (Nazir, 1998, 66).  Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail  tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari  individu yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
c. Teknik  Pengumpulan  Data      
        Teknik pengumpulan  data  yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi,  yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui  data dokumentasi  data terkait dengan penelitian ini.
d. Metode Analisis Data
            Metode analisis data dilakukan dengan cara melakukan perhitungan terhadap kinerja keuangan bank, untuk menentukan tingkat kesehatan bank, menggunakan metode CAEL, dengan rumus-rumus sebagai berikut :
(1)         Faktor Capital
CAR   = Modal Bank/ATMR    x   100 %
                             
(2)         Faktor Asset Quality
KAP  =  Total  APYD*/Total Aktiva Produktif   x  100 %
* APYD  = aktiva produktif yang diklasifikasikan
(3)         Faktor Earning Ability
a.       ROA    = Laba sebelum pajak/Rata-rata Total Asset  x  100 %
b.      BOPO  = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional  x  100 %
(4)         Faktor Liquidity
 .       a. Cash Ratio    =  Jumlah dana / Jumlah kewajiban lancar  x  100 %
         b. LDR              =  Jml Kredit yang diberikan/Dana Pihak Ketiga  x  100 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Sesuai dengan perumusan masalah,  dari hasil penelitian diperoleh data-data yang berkaitan dengan pengukuran kinerja keuangan, yang terdiri dari 4 faktor yang terdiri dari faktor kapital/modal, kualitas asset, rentabilitas dan likuiditas.
a.       Faktor Kapital.
Berkaitan dengan modal yang dimiliki oleh PT BPR Primanadi, untuk menghiung  rasio CAR, diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel  3 : Struktur Modal dan ATMR  PT BPR Primanadi, Tahun 2008
No
 Uraian
 Jumlah ( Rp. 000)
  1
Modal Inti
   8.248.630
  2
Modal Pelengkap
      228.681
  3
ATMR*
 49.347.362 
* ATMR  = aktiva tertimbang menurut risiko.
Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.
Dari tabel di atas, dapat dihitung rasio kecukupan modal (CAR) dari PT BPR Primanadi, yaitu sebagai berikut :
          CAR   =  Rp. 8.477.311/49.347.362   x 100 %   =  17,18 %.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai CAR PT BPR Primanadi sebesar  17,18 % yang berarti bahwa PT BPR Primanadi telah memenuhi syarat rasio kecukupan modal yaitu melebihi persyaratan lebih dari 8,0 %. Dari segi kecukupan modal, PT BPR Primanadi dikategorikan sebagai BPR yang sehat.
b.      Faktor Kualitas Asset
Dilihat dari kualitas asset, maka PT BPR Primanadi memiliki aktiva produktif, seperti dalam tabel 4 berikut :
Tabel 4 : Jumlah Aktiva Produktif PT BPR Primanadi, tahun 2008.
No
 Uraian
 Jumlah ( Rp. 000)
  1
Antar Bank Aktiva (ABA)
     14.060.406
  2
Jumlah Kredit (JK)
   
 
- Lancar  (L)
      45.736.287
- Kurang Lancar (KL)
           403.580
- Diragukan (D)
           111.995
- Macet
           172.705
  Jumlah Aktiva Produktif (JAP)
      60.484.973
Sumber  : PT BPR Primanadi, 2009.
Berdasarkan data di atas, untuk menghitung kualitas aktiva produktif maupun Non Performing Loan (NPL), dilakukan sebagai berikut :
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) = (50%x KL+75%xD + 100%xM)
APYD  =  Rp. 201.790  + Rp.83.996  + Rp.172.705  =  Rp. 458.491
KAP  = APYD/JAP  x 100 %  =  Rp. 458.491/Rp. 60.484.973  x 100 %  =  0,76
Dengan melihat hasil perhitungan KAP dihubungkan dengan indikator kesehatan bank, maka nilai KAP PT BPR Primanadi = 0,76, tergolong sebagai b BPR yang sehat.
Adapun nilai NPL = (KL + D + M) / JK   x 100 % 
                      NPL = Rp.688.280/Rp. 46.424.567   x 100 %  =  1,48 %.
Dilihat dari persyaratan NPL yang lebih kecil dari 5 %, maka PT BPR Primanadi dapat dikategorikan sebagai BPR yang sehat.
c.       Faktor Rentabilitas
Dalam faktor rentabilitas, akan dihitung dua rasio, yaitu rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), serta  Return on Asset (ROA). Penentuan BOPO dan ROA pada PT BPR Primanadi, berdasarkan pada data tabel 5 berikut :
Tabel 5 : Biaya, Pendapatan Operasional dan Laba pada PT BPR Primanadi, Th 2008.
    
No
 Uraian
 Jumlah ( Rp. 000)
  1
Biaya Operasional
     7.374.836    
  2
Pendpatan Opeasional
   10.533.078   
  3
Laba/Rugi Tahun Berjalan Sblm Pajak (EBT)
     3.256.799    
  4
Rata-rata total  aktiva
   71.208.467    
Sumber  : PT BPR PRIMANADI, TH. 2009
Dari data di atas, maka rasio BOPO maupun ROA dapat dihitung sebagai berikut :
BOPO  =  Rp. 7.374.836/Rp. 10.533.078    x  100%  =  70,02.
ROA    =  Rp. 3.256.799/Rp. 71.208.467    x  100%  =  4,57
Dilihat dari kedua indikator tersebut di atas, maka PT BR Primanadi dikategorikan BPR yag sehat, karena kedua hasil perhitungan BOPO maupun ROA menunjukkan indikator yang melampaui persyaratan bank yang sehat.  
d.      Faktor likuiditas
Dari sisi likuiditas, juga akan diukur dua indikator, yaitu rasio kas (Cash Ratio) dan loan to deposit ratio (LDR). Adapun data untuk menghitung kedua indikator  tersebut disajikan pada tabel  6 berikut ini :
Tabel 6 : Jumlah Alat likuid, Kewajiban Lancar, Dana Pihak Ketiga, Jumlah Kredit yang Disalurkan dan Jumlah Dana pada PT BPR Pimanadi, Tahun 2008.
No
 Uraian
 Jumlah ( Rp. 000)
  1
Kas
           46.657
  2
Antar Bank Aktiva (ABA)
           50.225
  3
Tabungan
      1.723.993   
  4
Jumlah Alat Likuid
      1.820.875
  5
Kewajiban Lancar/Segera
                369
  6
Dana Pihak Ketiga
    51.305.279
Jumlah Kewajiban Lancar
    51.305.648          
  7
Jumlah Kredit yang Disalurkan
    46.424.567
  8
Jumlah Dana (Tab, Dposito, Modal Inti)
    59.553.909
Sumber : PT BPR Primanadi, ahun 2009.
Berdasarkan data di atas, maka Cash Ratio dan Loan to Deposit Ratio pada PT BPR Primanadi dapat dihitung, sebagai berikut :
Cash Ratio  =  Jml Alat Likuid/Jml Kewajiban lancer  x 100 %
Cash Ratio  =  Rp. 1.820.875/Rp. 51.305.648   x 100 %   =  3,55 %
      LDR  = Jml Kredit yg disalurkan/ Jml Dana  x 100%
      LDR  =  Rp. 46.424.567 / Rp. 59.553.909   x 100 %  =  77,95 %
Dari kedua indikator di atas, ternyata PT BPR Primanadi menunjukkan bahwa indikator cash  rationya  berada pada kategori cukup sehat, sedangkan untuk LDR pada kategori sehat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil perhitungan kinerja keuangan PT BPR Primanadi per 31 Desember 2008, dapat disimpulkan bahwa PT BPR Primanadi dikategorikan sebagai BPR yang sehat,  karena dari 7 rasio yang dihitung dengan metode CAEL, 6 rasio berada pada kategori sehat dan hanya 1 rasio, yaitu rasio kas (cash ratio) berada pada kategori cukup sehat.
Saran
            Dengan melihat hasil analisis terhadap kinerja keuangan PT BPR Primanadi pada tahun buku 2008, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
a.       PT BPR Primanadi diharapkan terus mempertahankan kinerja keuangannya selama ini dengan terus meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia pengelola BPR tersebut untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.
b.       Mengingat nilai  cash ratio termasuk kategori cukup sehat, maka indikator ini perlu ditingkatkan lagi agar semua indikator pada kinerja keuangan khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesehatan bank tetap terjaga dengan baik. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

- Copyright © CERTAIN FINANCE -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -